CEMBURU BOLEH, TAPI.....
10 Desember 2004, ini ulang"bulan" pertama adikku Alya. Sejak Bapu dan Oma kembali ke Makassar minggu lalu, perhatian ayah dan ibu pada Alya, bagiku terasa tidak adil. Aku cemburu. Terlebih ketika ayah menggendong Alya sambil mendendangkan lagunya Trio Libels,"Gadisku", membuat aku makin cemberut karenanya. "Oooo.oo..gadisku..sayangku
selaluuuu...", senandung ayah sambil menimang-nimang Alya penuh rasa sayang. Aku hanya melotot tajam sambil melakukan aksi unjuk rasa seraya membongkar mainanku mencari perhatian. Ayah menghentikan nyanyiannya dan menatap kearahku sambil menghardik, "Rizky !. Jangan berisik ! Nanti Dik Alya bangun". Aku terdiam dan perlahan, dari pelupuk mataku mengalir air mata. Aku begitu takut jika ayahku marah apalagi jika menampilkan "muka perang"dan mata menyala yang menyiratkan bara api disana. Ibu yang baru saja keluar kamar mandi datang membujuk lalu menggendongku keluar. Aku melihat sekilas beliau sempat mencubit pelan pantat ayahku. "Awww!!", ayah terpekik kesakitan.
Sesaat kemudian ayah menghampiri aku dan ibu setelah meletakkan Alya di box bayinya.
Tak lama kemudian ayah terlibat pembicaraan serius dengan ibu. "Si Rizky itu cemburu kayaknya. Kita nggak boleh mengabaikan dia," kata ibu menegur ayah dengan suara pelan. Ayah melirik kearahku yang sedang bermain dengan sepeda roda tiga dihalaman depan rumah. "Jangan terlalu keras sama Rizky. Kita harus membagi kasih-sayang yang sama dengan dia. Coba
deh ajak jalan kemana
kek dia supaya nggak Be-Te. Lagipula
mumpung Hari Sabtu lagi libur
kan' ?," kata ibu menyarankan. Ayah mengangguk dan mendekatiku di sepeda. "Rizky, kita main mobil-mobilan
yuk di Plaza JB. Cepet
gih ganti baju sana sama ibu,"ujar ayah lembut sambil mengelus rambutku. Aku berteriak kegirangan dan berlari kearah ibu. Sejak selesai lebaran kemarin, ritual rutin main mobil-mobilan di Plasa JB atau TimeZone Lippo Cikarang sudah tidak pernah kami lakukan lagi.
Ibu kemudian mengganti baju dan celanaku dengan yang "agak" keren dikit. Ayah juga sudah berdandan rapi. "Ayoo...berangkat", titah ayah. "Brrrmm...brrrmmm...", aku menirukan suara mobil-mobilan. Ibu menciumku dikening sambil berkata,"Hati-hati ya nak..jewer telinga Bapakmu kalo
ngelirik cewek cakep disana". Ayah melengos mendengar canda ibuku.
Tak berapa lama kemudian dengan menumpang angkot K-99B, kami sudah sampai di Plaza JB Perumahan Cikarang Baru. Aku langsung berlari menghambur ke arah tempat bermain mobil-mobilan. "Eiittts.ss..jangan buru-buru jagoan, beli koinnya dulu", kata ayah sambil tertawa. Aku tidak peduli. Aku sudah duduk di kokpit mobil-mobilan sambil memegang setir. "Brrrm..brrrmmmmm"..demikian aku menirukan deru mobil balap yang segera melaju. Ayah datang, kemudian meraihku keatas pangkuannya. Koin dimasukkan, pilih mobil dan sirkuit lalu pedal gas ditekan ayah dan...mobilpun meraung kencang. Aku memegang setir mobil-mobilan kuat-kuat dengan mata menatap lekat pada display TV yang menampilkan gambar mobil yang kukendarai. Ayah membantu mengarahkan setir ke "arah" yang benar karena aku senantiasa menabrak pagar lintasan. Kurang lebih 45 menit kami bermain. Aku begitu puas. Ayah lalu mengajakku makan nasi goreng di Solaria. Sambil menyuapiku nasi goreng yang hangat nikmat itu, ayah berkata,"Rizky, kamu boleh aja cemburu sama adikmu, tapi..tidak boleh destruktif "
Aku manggut-manggut aja, tapi destruktif itu makanan apa yaa ?? Bingung saya...