DALAM BENING MATA ADIKKU..
INI adalah kali pertama aku memandang adikku Alya dipagi hari setelah waktu kelahirannya, meski hanya dari balik kaca ruang bayi RSB Siaga II. Pipinya tembem, kulitnya putih kemerahan, hidungnya yang mancung aristokrat, alisnya yang berbaris rapi dan matanya yang bening memancarkan sinar kebahagiaan. Aku tak sabar ingin segera menyentuh kulitnya yang halus dan mengalirkan kasih sayang seorang kakak kepadanya. Tak henti-hentinya aku menjerit keras memanggilnya: “Adeeeeek..adeeek!!”, hingga sempat 2 bayi disamping adikku terbangun dan menangis kencang. Ayah dengan sigap mencubitku dan menggendongku menjauh dari situ.
Hari itu kami menerima tamu Tante Ibu Rebo dan Ibu Kohari, tetangga lama kami di Kompleks POMAD Kalibata, siang harinya Tante Lilis dan Tante Nita – kawan ayah dari kantor—datang berkunjung. Sebuah karangan bunga dengan boneka beruang warna merah jambu yang cantik beserta kartu ucapan bertuliskan “Congratulation for your New Baby Girl—from ANDERGAUGE FAMILY”dipersembahkan oleh atasan ayah Mr.Peter Fraser dan Mr.Murray Lumsden melalui Tante Lilis.
Ibu dan ayah menerimanya dengan mata berbinar. “Rizky sudah jadi kakak sekarang, jadi nggak boleh nakal ya?”, kata Tante Lilis sambil mencubit pipiku sesaat sebelum mereka pamit pulang kembali ke kantor. Aku dan ayah mengantar mereka sampai pintu gerbang rumah sakit. Malam harinya dua orang sahabat dekat ayah, keluarga Om Firmansyah Arsyad dan Om Haris datang pula menjenguk kami di rumah sakit.
Pada hari kedua di rumah sakit, ibu sudah mulai berlatih duduk dan berjalan. Malam sebelumnya selang infus sudah dicabut. Meski masih tertatih-tatih ibu begitu bersemangat berlatih jalan. Pada hari ketiga, setelah adikku Alya dijemur di sinar matahari pagi, ia mulai dilatih minum susu ASI dari ibu. Aku begitu antusias menyaksikan adikku secara langsung dan menyentuh pipinya yang begitu menggemaskan. Ayah dan ibu sempat melarang karena menganggu keasyikan adikku meminum susu namun sesaat kemudian mereka membiarkan aku, setelah melihat tidak ada gelagat yang patut dirisaukan. Aku begitu senang memandang mata si Alya. Dalam bening pijar mata adikku itu aku seperti menemukan sebuah telaga jernih yang meneduhkan dan menumbuhkan naluriku sebagai seorang kakak untuk melindunginya serta menjaganya hingga kapanpun.