CREW CUT DI KIDDY'S CUT
Bercukur adalah hal yang paling tidak aku sukai. Setiap kibasan gunting cukur yang memotong rambutku senantiasa aku rasakan bagaikan getok palu memukul kepalaku. Pada saat yang sama aku harus diam terpaku (ini yang paling aku benci) tak boleh bergerak ke sana kemari untuk menghindari salah gunting. 3 bulan lalu, ayah dan ibu mengajakku cukur di Johny Andrean salon di Mal Lippo Cikarang. Ayah terpaksa harus menggendongku untuk mencegahku dari upaya "melarikan diri".
Dan hasilnya, dalam waktu satu jam, dengan sejumlah besar potongan rambut bertebaran di baju ayahku serta kehebohan luar biasa di salon itu, cukur rambutku selesai dengan hasil yang kurang memuaskan. Bagaimana tidak, selama cukur aku meronta-ronta dalam gendongan ayah plus tangisan yang melengking tinggi. Semua mata customer di salon itu memandang ke arahku. Aku tidak peduli, aksi unjuk rasaku harus jalan terus. Ayah dan ibu serta kapster salon berusaha membujukku tapi tetap tidak berhasil. Ayah sempat jengkel dan mencubit pahaku. Keringatnya bercucuran menahan aksi tendang, pukul, geliat yang aku lakukan selama dicukur. Sejak saat itu ayah dan ibuku tobat mencukur rambutku disalon, sampai kemudian ayah dapat referensi dari seorang kawannya untuk mencukur rambutku di tulang cukur khusus bayi dan anak-anak : Kiddy's Cut Plasa Semanggi (Plangi).
Aku Berpose bersama sepeda roda tiga kesayanganku
Maka demikianlah kemarin, kami menuju ke Plasa Semanggi dengan menumpang Patas AC 121 dari Perumahan Cikarang Baru. Sesampai di lantai-2 Plangi, kami langsung menuju lokasi Kiddy's Cut. Sejumlah mobil-mobilan/motor-motoran yang berfungsi sebagai tempat duduk untuk cukur terlihat berjejer rapi. Didepannya terdapat Televisi 14" yang menampilkan film Power Rangers atau Teletubbies. Aku segera bersorak gembira, seketika aku meminta turun dari gendongan ayah dan menuju ke salah satu mobil-mobilan yang ada disitu. Kami disambut oleh kapster yang ramah. Yah..lumayan cantik deh. Tapi aku nggak peduli pada paras si kapster yang cakep itu, yang penting aku segera naik di mobil-mobilan model F-1 dan memegangi setirnya seraya memutarnya kesana-kemari sambil mulutku menirukan suara mobil : "brrmm..brrmm..Tanpa kusadari betul si kapster sudah memasangi badanku dengan penutup/pelindung baju dan memulai aksinya mencukur. Aku sempat tersadar dan mengibaskan tangan namun mataku tetap tertumbuk pada film teletubbies didepanku.
"Adik ini mau dicukur model apa, Pak ?" tanya si kapster ke ayahku.
"Model Crew Cut aja. Kayak tentara. Anak ini paling susah kalau dicukur, jadi dipotong pendek saja", sahut ayah seraya memandangiku.
Si Kapster mengangguk pelan. Guntingnya pun mulai beraksi. Satu demi satu rambutku berguguran.
Sekilas aku sempat ingin meronta, namun godaan menonton teletubbies dan bermain mobil-mobilan lebih menyita perhatianku. Dan akhirnya selesai sudah!. Hanya 20 menit !. Ayah dan ibu tersenyum puas.
"Wuiihh..guanteng banget kayak buaaapakknya, Euyy!!" ayah berseru melihat cukuran crew cut-ku yang nyaris plontos. Ibu hanya tersenyum dan segera menuju kasir untuk membayar biaya potong rambut.
Tak berapa lama kemudian ayah dan ibu mengganti baju serta memberi bedak bayi ke badanku.
"Berapa biayanya ?", bisik ayah ke ibu yang sedang merapikan tas bawaannya.
Ibu segera menyebutkan biayanya. Ayah langsung terkesiap kaget.
"Enak amaat kamu Rizky, Bapakmu dulu waktu kecil cukurnya di-tukang cukur DIPO (dibawah pohon),eh..kamu malah ditempat elite kayak begini, belum lagi biayanya sampai 20 x biaya cukur di DIPO!", kata ayah sambil mengelus kepalaku.
"Itulah rezekinya anakmu. Jangan sirik !.",kata ibu sambil tertawa lepas.