Hari ini, 10 September,2004, ayah dan ibu begitu sibuk mempersiapkan penampilanku. Entah sudah berapa kali ibu mematut-matutkan sejumlah pakaian ke tubuhku agar tampak lebih keren dan
cool. Malam ini, atasan tempat ayah bekerja di
ANDERGAUGE DRILLING SYSTEM ASIA PACIFIC , Mr.Peter Fraser mengundang kami sekeluarga untuk makan malam bersama dalam rangka peringatan 10 tahun masa bakti beliau dengan ANDERGAUGE di Club Azzur-Kemang. Pkl.14.00 siang, aku dan ibu sudah berada didalam taxi Blue Bird yang membawa kami ke Kompleks POMAD--bekas rumah kontrakan kami dulu. Ibu bermaksud untuk memijatku dulu ke langganan tukang pijat bayi di Kompleks POMAD, Eyang ibu Kohari. Dan demikianlah, Pkl.15.00 tubuhku mulai dipijat oleh Eyang ibu Kohari dirumahnya. Aku menjerit kesakitan bercampur geli. Keringatku bercucuran, dan aku semakin kesakitan saat dada sebelah kiriku diurut pelan. "Mestinya kalau habis jatuh, Rizky harus cepat-cepat dipijat,"kata Eyang ibu Kohari kata ibuku. Ya, memang sebulan yang lalu waktu menghadiri acara pernikahan Om Dion di Yogyakarta, aku sempat jatuh dari kursi dan belum sempat diurut hingga saat ini. Selesai dipijat, aku diajak ibu bersilaturrahmi ke rumah tante ibu Rebo, tetangga sebelah rumah kami dulu. Betaoa senangnya beliau menerima kedatangan kami. Yang paling aku sukai adalah memanjat tangga rumah tante ibu Rebo yang terjal, lalu bermain di kamar Mas Gatot (anak tante ibu Rebo) yang begitu
funky. Kalau sudah begitu, pasti ibu akan melarangku dengan tegas. Namun, tidak demikian dengan Tante ibu Rebo, beliau kemudian menggendongku dan mengajakku naik bersama kelantai dua rumahnya. Beberapa waktu kemudian datang Mbak Rani (cucu Oma Haruna)dan juga Mbak Selly (usia 3 tahun) anak dari Om Hartono yang mengajakku bermain. Aku sungguh gembira dapat bertemu kawan-kawan lama yang sudah 6 bulan tidak bertemu sejak kami pindah Bulan February lalu.
Pkl.17.30 sore ayah datang menjemput kami dari kantor. Sesaat kemudian, seluruh keluarga Andergauge di Jakarta bertemu di pelataran parkir kantor ayah di Gedung Aldevco Octagon. Ada Om Shoerya dan istrinya, juga Tante Lilis yang tak henti-hentinya mencubit pipiku dengan gemas. Tante Lilis membawa mobil Isuzu Panther, dan Om Surya serta istrinya membawa mobilnya sedan Peugeot. "Ini kesempatan kedua saya bisa bawa mobil sendiri lho,"kata Tante Lilis bangga. Seketika wajah ibu dan ayahku memucat.Aku bisa membayangkan ketegangan dimata mereka jika Tante Lilis mengemudikan mobil segede itu di jalan Jakarta yang ramai. "Nggak apa-apa koq, saya juga sudah kursus," ujar Tante Lilis menenangkan yang juga tampak menangkap kecemasan ayah dan ibuku. Sambil digendong ayah aku duduk di kursi depan dengan Tante Lilis dibelakang kemudi. Ibu duduk di kursi belakang sembari sesekali menjerit kecil jika Tante Lilis mengerem mobilnya secara mendadak. Mobil Om Shoerya menguntit dibelakang mobil kami. Aku melihat sesekali ayah memandang cemas pada Tante Lilis yang mengemudikan mobil dengan ketenangan luar biasa. Kami akhirnya tiba di Club Azzur sekitar 15 menit kemudian. Jam 19.00 malam saat itu. Kami disambut oleh Mr.Peter Fraser , Regional Manager Andergauge Asia Pacific dan istrinya Mrs.Dooren. Hadir pula pada kesempatan tersebut Mrs.Zaharah Lumsden, istri Mr.Murray Lumsden, Operational Manager Andergauge Asia Pacific yang kebetulan saat itu berhalangan hadir karena menjalankan tugas di rig ConocoPhillips Indonesia di Kepulauan Natuna. Atasan Mr.Peter Fraser, Mr.Jim Hurlbut yang menjabat sebagai Middle East/Asia Pacific Manager yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab turut hadir. Beliau mencubit pipiku, dan berusaha mengeja namaku dengan benar. "Rrrrizky.., is that right Amril ?", kata Mr.Jim pada ayah.
Dinner with Bule di Club Azzur-Kemang, Jakarta tanggal 10 September 2004. Dari Kiri ke Kanan: Ibu Shoerya, Mr.Peter Fraser, Bpk.Shoerya, Ibu Zaharah Lumsden, Ayah menggendong aku, Mr.Jim Hurlbut, Tante Lilis dan Ibu
Secara khusus beliau datang dari Dubai untuk menganugerahkan penghargaan masa bakti 10 tahun kepada Mr.Peter Fraser. Sebuah ruangan terpisah berukuran kurang lebih 5 x 6 meter dibooking khusus untuk acara ini. Suasana Club Azzur--sebuah rumah berdesain eropa yang disulap menjadi tempat jamuan makan eksekutif di kawasan Kemang, tidak jauh dari Cafe Jimbani--terkesan sangat "aristokrat", khas rumah bangsawan Inggris. Kami dilayani oleh pelayan-pelayan yang sangat profesional dan begitu fasih berbahasa Inggris. Terlihat sejumlah tamu-tamu bule hilir mudik didepan ruangan kami. Merekapun mengadakan jamuan makan malam dengan kolega mereka diruangan tersendiri. Setelah berbasa-basi sejenak, prosesi penganugerahanpun itu dilangsungkan. Mr.Peter, oleh Managemen Andergauge di Aberdeen, diberi kenang-kenangan berupa mangkuk perak yang bertuliskan penghargaan atas masa bhakti beliau di Andergauge selama 10 tahun. Mr.Peter dan Mr.Jim pada kesempatan tersebut mengucapkan pidato singkat. Setelah itu, acara "inti" pun dimulai. Kami diajak mencicipi hidangan pembuka berupa salad dan seafood. Ayahku yang doyan nasi uduk dan ibuku yang lebih terbiasa makan nasi gudeg, sedikit kurang nyaman dengan hidangan ala western itu. Suasana romantis yang dibangun oleh Club Azzur membuatku benar-benar menikmati suasananya. Terlihat ayah terlibat pembicaraan serius bersama Om Shoerya, Mr.Peter, Mrs.Dooren dan Mr.Jim. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, pokoknya ngomongnya: was-wis-wus-wes-wos. Sejam kemudian, mataku terasa berat. Aku mengantuk. Sejak tadi siang, aku benar-benar letih bermain dengan Mbak Selly dan Mbak Rani di Komp.Pomad. Istri, Mr.Peter, Mrs.Dooren, memperhatikanku dengan seksama. Beliau kemudian menyarankan kepada ayah dan ibu untuk menidurkanku di kursi. Mrs.Dooren dan ibu, menata kursi tempatku tidur. Ayah menggendongku sambil bersenandung kecil. Tak berapa lama kemudian, akupun terlena ke alam mimpi.
Aku terbangun sekitar Pkl.23.30 malam, ketika kami sudah sampai dirumah. Bau Nasi Goreng hangat segera menyergap hidungku. Dan ternyata, disampingku ayah dengan lahap menyantap nasi goreng keliling. Keringatnya mengucur karena kepedasan. Rupanya beliau tidak cukup kenyang dengan hidangan ala western di Club Azzura. "Bagaimanapun juga, nasi goreng is the best !", kata ayahku pada ibu sambil mengacungkan jempol.
Aduh, ayahku ini malu-maluin aja..Dasar Bule Tanggung, item lagi !!...hahahaha..