HARI Jum’at, 12 November 2004 (dua hari sebelum Lebaran 1425 H) kami sudah diperkenankan pulang kembali kerumah. Setelah menuntaskan persoalan administrasi, ayah dan ibu berpamitan pada seluruh perawat RSB Siaga II.”Hati-hati dijalan ya..tolong kasih tahu sopir taxinya supaya jangan ngebut karena perjalanan dari sini ke Cikarang lumayan jauh lho,”kata bidan Nelly mengingatkan. “Gampang tuh bu bidan, kalau sopirnya taxinya macam-macam nanti biar dicubit sama Rizky,” timpal ayah yang kemudian disambut oleh tawa renyah oleh kami semua. Aku hanya mesam-mesem.
Untunglah ada Bude Surat dan Pak De Saman yang mendampingi kami pulang ke Cikarang. Sebelum kembali ke rumah, adik Alya ditindik kupingnya dan dipasangi anting-anting emas yang telah dibelikan oleh Bu De Surat. Tepat Pkl 11.00 siang kami tiba di rumah kami di Cikarang.Aku berteriak girang, yang menandakan dahagaku menonton teletubbies setelah “Be-Te” dirumah sakit selama 4 hari bakal terlampiaskan.
Adikku Alya merayakan Lebaran 1425 H dengan caranya yang khas..Minta Angpawnya dooong...Hehehehe..
Terus terang kami tidak punya persiapan apa-apa menjelang lebaran tahun ini. Persiapan dalam arti bikin ketupat, opor ayam dan Sambel Goreng Hati kesukaan ayah termasuk membeli kue-kue lebaran yang eksotis. Untunglah Opa & Oma di Makassar sempat mengirimkan via TIKI beberapa toples kue lebaran. Konsentrasi kami sepenuhnya tertuju pada si kecil Alya. Maka demikianlah, saat Takbir, Tahlil dan Tahmid bergema pada Idul Fitri hari itu, Minggu,14 November 2004, Aku, Ayah, Ibu bersama-sama mengucap syukur tak terhingga kepada Allah SWT atas anugerah yang telah dilimpahkan kepada kami selama ini dan yang terbaru adalah, anugerah atas kedatangan adik kami, Alya. Kami semua menatap Alya yang tidur dengan dengkur halus teratur di Box bayinya.
“Ssst, Lebaran kayak gini masak apa doong ?”, Tanya ayah pada ibu.
“Masa’ sih nggak kasihan sama istrimu yang baru dioperasi ini, “sahut ibu dengan sorot mata memelas. Memang, pasca operasi kemarin, ibu masih sering merasakan nyeri disekitar tempat operasi beliau.
“Ya..udah deh, Masak Indomie goreng ajalah!”, kata ayah tersenyum sambil membelai rambut ibu. Tak lama kemudian, wajan penggorenganpun berdesis riuh didapur dan disana, Ayah dan Om Adi bekerjasama bahu membahu membuat Indomie Goreng campur bakso dan sosis ayam. Keringat menetes di kening dan leher mereka berdua. Aroma masakan mie goreng ala koki amatir dadakan itu begitu lezat menyentuh hidung. Wow, sedaaaap..ternyata tanpa Ketupat dan Opor pun, Lebaran tahun ini tetap kami rayakan dengan ceria.