BILA DUA SOSOK BUNTELAN BER-TAEBO RIA
JUM'AT pagi yang cerah, 22 April 2005, setelah menidurkan adikku Alya, ibu lalu memutar VCD Fitness Andalannya : Gerak Taebo bersama Ibu Berty Tilarso dan Merriam Bellina. Ayahku yang kebetulan libur menyaksikan gerakan senam taebo ibuku sambil menggeleng-gelengkan kepala dengan takjub.
"Ck..ck..ck..sexy benneeer, buntelan satu ini," kata ayahku berseloroh.
Ibuku merengut kesal.
"Huss, Sesama buntelan, dilarang saling mengejek !," tukas ibu ketus dengan tidak meninggalkan gerakan Taekwondo-Boxing (Taebo). Sesekali tendangan dan pukulan ibu melayang menerpa angin. Nafasnya tersengal-sengal dan keringat mulai mengucur dari balik baju senamnya.
Seperti biasa, ayahku dengan kostum kebesarannya, yakni kulit item-legam plus buncit memprihatinkan, menampakkan antusiasnya pada senam tersebut. Beliau lalu mengajakku ikut bersenam ala taebo. Aku menggeleng. Ngeri aja sih, takut jika tiba-tiba kedua buntelan hidup yang kebetulan ayah dan ibuku sendiri, menjepitku tanpa disengaja. Kan' berabe boo'!.
Aku menonton saja dari jauh, sambil manggut-manggut sedikit mengikuti irama House-Music Taebo yang menghentak-hentak.
Ayahku pun ikut bergabung. Disamping ibu, beliau ikut menggerakkan-gerakkan tubuhnya dengan kaku. Ibu terkikik geli karena gerakan ayah yang salah bahkan kadang bertabrakan dengan gerakan ibu. Ayah membalas dengan sesekali menggoda dan mencubit pantat ibuku genit yang berakhir dengan buyarnya konsentrasi ibuku bersenam. Bila itu terjadi, tak ayal, mereka berdua berkejar-kejaran diruang keluarga kami yang lapang. Aku juga ikut tertawa menyaksikan kedua orangtua ku yang sehat dan montok itu begitu akrab ber-taebo-ria.