DERING POLYPHONIC HANDPHONE BARU AYAH
SEPULANG dari kantor, kembali, ayah memamerkan senyuman manis legendarisnya kepada kami semua.
Ibu mendelik dan mencoba membaca ada gelagat apa gerangan suaminya yang ganteng itu senyam-senyum sendiri ala selebriti dapat Piala Oscar. Kalau ibu dulu sempat termehek-mehek (istilah lain dari "terpesona") lantaran terbuai senyuman manis ayah, kali ini aji ilmu kebal "anti senyum menggoda tanpa makna" yang dimilikinya membuat beliau tidak serta merta takluk.
Ayah yang segera mengerti senyuman gombalnya itu tak mendapat respon berarti langsung memamerkan sesuatu. Wow, Handphone baru !. Motorola C-380. Warna dasar hitam, sisi keperakan, layar 65,000 warna, built-in speaker phone dan yang lebih penting lagi dering polyphonik plus MP-3. Kereeen booo..!
"Kebetulan, masih ada sisa bonus tempo hari. Ditambah lagi ada program promosi diskon dari Motorola. Jadi sekalian aja beli HP baru," kata ayah beralasan.
Ibu mengamat-ngamati Handphone baru tersebut sambil manggut-manggut.
"Tapi koq kameranya nggak ada ?", tanya ibu heran.
"Nggak perlu. Yang penting kan' fungsi handphone sebagai alat komunikasi saja. Soal jeprat-jepret kita toh sudah punya kamera digital," sahut ayah.
Ibu mengangguk setuju.
Setelah mengalami efek traumatis yang cukup akut atas kehilangan handphone tempo hari, ayahku nampaknya kembali bangkit dari keterpurukan. Selama ini beliau menggunakan handphone inventaris kantor Siemens S-35. Hampir setahun kami selalu mendengarkan dering monophonik ituuuu-ituu saja : "Dangdut is the Music of my Country" (Project Pop). Suaranya nyaring melengking sampai konon kabarnya pernah ada pengamen bis kota mengajukan protes ke ayahku--yg ketika itu jadi penumpang--karena nyanyiannya "ketutup" sama dering handphone ayah.
"Sekarang coba dengar suaranya Rizky," kata ayah seraya mengangsurkan handphone tersebut ke telingaku. Aku mendengarkan dengan seksama.
"Hellllooooo....Mottttoooo...!!"
Demikian suara itu terdengar merdu diikuti musik yang memikat. Aku tertawa kegirangan dan Adik Alya pun ikut berteriak senang.
"Norrraaak deh, Papanya Rizky!," ibuku mencibir sambil tertawa berderai.