MEMBUKA TIRAI TAHUN BARU DENGAN PRIHATIN
TIRAI tahun 2005 telah dibuka. Tepat Pkl.12.00, 1 Januari 2005, tengah malam, kami sekeluarga merayakannya dengan rasa prihatin yang mendalam mengenang duka yang dirasakan oleh saudara-saudara kami nun di Aceh sana pasca bencana Tsunami dan Gempa. Ibu bangun dari tempat tidur dengan mata sayu, aku dibangunkan oleh ayah dari tidurku yang pulas 4 jam yang lalu dan Om Adi masih mengucek-ngucek matanya mengusir kantuk yang masih mendera. Adik Alya tetap tidur dengan tenang dikamar utama.
Dengan suara pelan ayah memimpin doa selamat yang dipersembahkan untuk Kakek/Nenek di Yogya dan Makassar, untuk kami sekeluarga dalam menyongsong tahun depan yang kian berat dan akhirnya do'a panjang umur agar kami sekeluarga senantiasa mendapatkan perlindungan dari Allah SWT serta menitip harapan sebagai resolusi menghadapi tahun baru yang akan datang. Pada penutup do'anya Ayah juga mengirim do'a kepada seluruh korban musibah bencana alam tsunami dan gempa di Aceh, semoga yang berpulang diberi tempat yang layak disisiNya dan yang ditinggalkan diberikan ketabahan dalam menghadapi musibah yang dashyat ini. Ayah kemudian mencium kami (ibu dan aku) satu persatu, lalu memeluk Om Adi (adik sepupu ayah yang untuk sementara waktu jadi "baby sitter"-ku menunggu panggilan kerja di Cikarang). Tidak ada acara istimewa yang kami laksanakan menyambut tahun baru ini. Pada awal tahun lalu, ketika kami masih tinggal di rumah Kontrakan di Kompleks POMAD Kalibata, acara tahun baru dirayakan amat meriah dengan membuat ikan bawal bakar didepan rumah dan hidangan istimewa lain. Pada tahun baru kali ini, ibu hanya membuat hidangan sambal goreng hati kentang kesukaan ayah. Oleh karena ayah pulang setengah hari pada dari kantor tanggal 31 Desember 2004, beliau sempat singgah membeli beberapa roti di counter "Bread-Talk" di Plaza Semanggi-Jakarta. Hidangan inilah yang kami makan menyambut tahun baru 2005. Aku hanya memakan secuil roti yang diangsurkan ayah ke mulutku dan kemudian terkulai dibahu ayahku. Tidur. Aku merasakan belaian tangan ayah mengusap rambutku dan mendengarnya bergumam pendek,"2005 penuh tantangan berat"..