FROM CIKARANG WITH LOVE....: CATATAN PERJALAN MUDIK LEBARAN KE MAKASSAR

Tuesday, November 08, 2005

CATATAN PERJALAN MUDIK LEBARAN KE MAKASSAR

PUKUL 02.30 dini hari, Minggu, 30 Oktober 2005, aku dibangunkan oleh ayah dan ibuku. Aku menggeliat malas, namun dengan tegas ayah menyuruhku bangun.

“Kita berangkat jam 03.00 subuh dari Cikarang ke Makassar, Rizky, supaya tidak terlambat. Pesawatnya berangkat jam 06.00 pagi ini,” kata beliau sambil menggendongku keluar kamar. Aku meronta tapi ayah memegangiku dengan kencang sembari mencuci mukaku. Kesadaranku mulai bangkit perlahan.

Aku melirik adikku Alya—yang dengan mata setengah mengantuk—sedang dipasangi pampers oleh ibuku. Ayah pun dengan cekatan mengganti piyama tidurku dengan baju serta celana jeans serta memasang sepatu di kakiku.

Tak lama kemudian sebuah Taxi Bluebird berwujud Sedan Toyota Soluna yang dikirim dari pangkalannya di dekat rumah kami, datang dan berhenti didepan. Ayah memang sudah memesannya sejak kemarin sore. Dengan dibantu sang sopir taxi, ayahku tergopoh-gopoh membawa tas kami kedalam bagasi mobil.

Sepuluh menit kemudian, taxi kamipun meluncur mulus dijalan tol yang lengang menuju Bandara Soekarno Hatta-Cengkareng. Selama perjalanan, aku dan Alya kembali jatuh terkulai tertidur pulas masing-masing dipangkuan ayah dan ibuku.

Tepat pkl.04.00 subuh, kami sudah sampai di Terminal-1 C Soekarno-Hatta tempat kami akan check-in, boarding dan berangkat dengan pesawat Adam Air KI-0782 tepat pukul 06.00 pagi.

Ini adalah kali ketiga bagiku naik pesawat (sebelumnya ketika aku, ibu dan ayah ke Yogya menengok Mbah Kakung sakit dan perkawinan Om Dion tahun lalu) dan untuk pertama kali bagi adikku Alya. Aku--yang ternyata sudah dihitung satu orang penumpang (dan bukan bayi/infant)--memilih duduk di dekat jendela. Ayah duduk dikursi tengah dan ibu serta Alya duduk di kursi dekat lorong/aisle. Ibuku yang mengidap syndrome takut diketinggian berusaha berpaling ke arah lain dan tidak melihat ke arah jendela tempatku duduk.

Perjalanan ke Makassar ditempuh selama kurang lebih 2 jam dan kami sangat menikmati penerbangan tersebut, apalagi selama perjalanan ada kuis untuk penumpang berhadiah merchandise Adam Air seperti Topi atau Travel Bag. Ayahku yang mencoba peruntungan menebak dimana letak pembuatan pesawat Boeing ternyata gagal.

Sisa waktu perjalanan aku, Alya dan ibuku gunakan untuk tidur sementara ayahku sibuk membaca majalah. Tepat Pkl.09.30 WITA, pesawat kami mendarat mulus dilandasan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Kami memilih turun agak belakangan mengingat bawaan kami cukup banyak dan pada saat yang sama adikku Alya mengamuk hebat karena dibangunkan secara tiba-tiba dari tidur pulasnya.

Setelah mengambil barang diruang pengambilan bagasi, kami menuju ke gerbang luar. Wow, betapa banyak penjemput kami!. Selain Bapu, ada Mama Yayu (adik ketiga ayahku), Om Iwan (suami Mama Yayu), Mama Yanti (adik bungsu/keempat ayahku), Mas Ruli (anak Mama Yayu/Om Iwan) dan Opa Miki (adik kandung Oma).

Ibuku, adik Alya, Mama Yayu, Mama Yanti menumpang mobil kantor Mitsubishi Kuda yang dikendarai Om Iwan sementara Aku, Ayah, Bapu dan Kak Ruli ikut dengan mobil Toyota Kijang yang dikemudikan oleh Opa Miki. Iring-iringan mobil kami keluar halaman bandara, meluncur mulus menuju rumah Bapu/Oma di kawasan Bumi Antang Permai, tepatnya di Blok V Jalan Romang Tangayya Raya No.36 dan yang berjarak kurang lebih 20 km. Sepanjang perjalanan, ayahku tak henti-hentinya berdecak kagum pada perkembangan luar biasa kota yang terakhir dikunjunginya 5 tahun silam itu. Saat melewati Kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea, ayah dengan antusias menunjukkan kepadaku kampus dimana beliau menuntut ilmu hingga selesai tahun 1994.

Sesampai disana, Oma langsung menyambut kedatangan kami dengan hangat. Apalagi saat melihat adikku Alya yang wajahnya mirip sekali dengan paras Oma. Beliau telah menyiapkan sop ayam, semur daging dan perkedel buat kami. Udara Makassar yang begitu panas, membuatku gerah dan ikut-ikutan bertelanjang dada ria, seperti ayahku.

Mas Ruli yang usianya lebih tua 2 tahun dariku (Mama Yayu dan Om Iwan lebih dulu memperoleh anak dari ayah dan ibuku yang mesti menunggu kehadiranku muncul ke dunia 3 tahun lamanya) dan kebetulan sedang libur dari sekolah taman kanak-kanaknya, langsung mengajakku bermain. Kami berdua langsung akrab satu sama lain.

Ayahku asyik berbincang dengan Bapu dan Opa Miki diruang tamu, dan karena kelelahan, ibu dan Alya tertidur dikamar depan yang telah disiapkan Bapu/Oma, sebagai ruang tidur kami.

Sore harinya, aku diajak ayahku berjalan-jalan disekeliling kompleks perumahan Bumi Antang Permai dengan menumpang sepeda motor Honda Astrea Bapu. Kami sempat singgah beli penganan untuk buka puasa ala Makassar yaitu Barongko’ (pudding pisang ala Makassar), Pisang Goreng dan Songkolo’ (Nasi ketan) di warung dekat rumah.

Keesokan harinya, kami semua plus Mama Yanti dan Mas Ruli jalan-jalan ke Mall Panakukkang yang berjarak lebih kurang 5 km dari rumah kami dengan menumpang Taxi Putra. Kawasan Panakukkang, tampaknya menjadi kawasan bisnis yang sangat ramai. Selain mal Panakukkang terdapat pula Hypermarket Carrefour dan Hypermart. Juga ada Panakukkang Trade Center (PTC). Nampak dibangun jembatan yang akan menghubungkan pusat-pusat bisnis tadi. Ayah dan ibu terlihat begitu takjub menyaksikan perubahan yang sangat signifikan tersebut.

Kami langsung menuju lantai 4 tempat dimana Johny Andrean Salon berada. Karena rambutku dan rambut Mas Ruli gondrong, maka ayah menginstruksikan kami untuk dicukur di salon tersebut. Semula aku menolak dan meronta, tapi tak kuasa, ketika tangan kekar ayah meraihku dan membawaku ke pangkuannya. Aku dicukur oleh seorang kapster diatas pangkuan ayah. 15 menit kemudian giliranku selesai. Mas Ruli “naik tahta”. Tanpa perlawanan berarti, Mas Ruli pun “dibantai” rambutnya. Model cukur kami berdua ala “army-look”, nyaris plontos dengan sisa rambut sekitar satu centimeter. Ayah dan ibuku tersenyum puas dengan perubahan penampilanku.

Dari salon, kami menuju ke arena Timezone. Aku dan Mas Ruli begitu gembira karena mendapat kesempatan bermain tembak-tembakan, balapan mobil dan main basket di area Timezone. Mama Yanti adik bungsu ayah yang belum menikah dan ketika itu datang untuk libur lebaran dari tugasnya sebagai Konsultan Pengembangan Kecamatan di Maluku Utara, benar-benar kewalahan mengatasi ulah kedua keponakannya yang berlari kesana-kemari dan berteriak-teriak di arena Timezone. Dari Timezone, kami lalu bergerak menuju ke Hypermarket Carrefour untuk belanja kebutuhan lebaran serta pada saat yang sama Mama Yanti membelikan aku dan Alya baju baru hadiah ulang tahun di Matahari Department Store mal Panakukkang.

Malam harinya, kami semua diajak berjalan-jalan oleh Om Iwan, melintasi Mal GTC di Tanjung Bunga, melewati pantai Losari dengan semilir sejuk angin yang melenakan serta merasakan denyut kehidupan malam di Makassar yang sungguh ramai menjelang lebaran.

Tanggal 2 November 2005, gelombang mudik berikutnya datang. Rombongan itu adalah Om Budi (adik kedua ayahku), Tante Rika (isteri Om Budi) dan Mas Raihan (anak Om Budi dan Tante Rika, yang berusia 4 tahun). Mereka datang dari Balikpapan dan langsung menuju Hotel Denpasar yang berada tepat didepan Mal Panakukkang (berhubung karena jatah kamar di rumah Bapu sudah penuh).

Sore itu, pada saat buka puasa terakhir 1426 H, kami semua berkumpul dirumah Mama Yayu dan Om Iwan yang terletak di Griya Panakukkang Permai. Rumah mungil yang cantik dan asri itu, disiapkan khusus menyambut kedatangan rombongan kami dari Jakarta, Balikpapan dan Ternate. Oma membawa masakan dari rumah, karena kebetulan Mama Yayu yang bekerja di BNI’46 tidak sempat memasak karena masih ada pekerjaan dikantornya serta pada saat yang sama sedang hamil 6 bulan anak keduanya.

Tepat Pkl.17.00 sore, kami semua ‘tumpek-blek’ disana. Luar biasa hebohnya. Ketiga cucu laki-laki Bapu dan Oma itu benar-benar memeriahkan suasana. Mas Raihan yang bertubuh gempal dan montok bermain petak-umpet serta tembak-tembakan bersamaku dan Mas Ruli. Adik Alya yang baru belajar berdiri juga tidak mau kalah dan ikut nimbrung bermain bersama kami. Tawa dan canda kami membahana, hingga menjelang saat berbuka puasa tiba.

Buka puasa terakhir 1426 H, kami jalani dengan rasa syukur tak terhingga. Terlebih bagi Bapu dan Oma yang merasakan kebahagiaan tak terkira dikunjungi oleh cucu-cucu yang selama ini hanya ditatap dengan penuh rindu dari foto yang dikirim. Takbir, Tahlil dan Tahmid mengalun merdu dan syahdu menikam langit, mengantar hari terakhir berpuasa dibulan ramadhan.

Malam takbiran kami lewatkan dengan menyusuri kota Makassar menumpang mobil Om Iwan. Di jalan-jalan protocol kota Makassar begitu ramai seruan takbir, tahlil dan tahmid bergema. Situasi paling ramai bahkan sempat macet saat kami melintasi Masjid kebanggaan warga Makassar yang dipelopori mantan Panglima ABRI (alm) Jenderal (purn).M.Jusuf, Al Markaz Al Islami. Iring-iringan kendaraan bermotor memadati jalan. Aku begitu excited menyaksikan pemandangan itu. Sebelum pulang, kami mampir dan ditraktir makan oleh Om Budi di restorant Mie Kering Titie yang tersohor di daerah Panakukkang.

Keesokan harinya, 3 November 2005, dengan menumpang mobil Om Iwan, kami semua berangkat menuju Lapangan di Perumahan Bukit Baruga, sekitar 2 km dari rumah Bapu, untuk sholat Ied. Ibu dan adikku Alya (yang sedang sakit influenza) serta Tante Rika dan Mas Raihan, yang terlambat bangun karena letih bermain, tinggal dirumah.

Lapangan Perumahan Bukit Baruga sudah hampir penuh ketika kami tiba disana. Oma, Mama Yayu dan Mama Yanti, langsung menuju ke barisan khusus wanita dibelakang. Sementara aku, Mas Ruli, ayah, Bapu, Om Budi dan Om Iwan, mengambil tempat tidak jauh dari mimbar. Cuaca pagi itu sungguh bersahabat. Matahari bersinar cerah, memancarkan kehangatan di hari kemenangan itu.

Usai sholat Ied, kami saling berpelukan dan bermaaf-maafan satu sama lain dalam suasana haru dan penuh rasa kekeluargaan. Bapu mencium pipi dan keningku dengan khidmat, demikian pula ayah yang mencium dan memelukku penuh kasih sayang. Kami kembali ke kendaraan yang diparkir oleh Om Iwan tidak jauh dari situ

Sesampai dirumah, ibu dan adikku Alya menyambut digerbang. Kami saling berpelukan dan bermaaf-maafan. Hidangan Soto ayam, Semur Daging, Opor Ayam, Ketupat dan burasa’ menyambut kedatangan kami. Betapa nikmatnya menyantap hidangan itu, diiringi lagu “Tombo-Ati”-nya Opick yang mengalun merdu dari VCD-nya Bapu.

Karena Bapu menjabat sebagai Ketua Kerukunan Masyarakat Gorontalo-Tapa “Heiya” di Makassar sekaligus sesepuh kerukunan tersebut, maka tak ayal, sepanjang hari lebaran pertama, rumah Bapu/Oma dikunjungi begitu banyak keluarga yang ingin bersilaturrahmi. Kami tidak kemana-mana saat itu dan menyambut kedatangan tamu ke rumah dengan hati riang.

Pada hari kedua lebaran, Jum’at, 4 November 2005, kami sekeluarga diundang oleh Oma Muli dan Om Alex (saudara sepupu Oma) untuk menikmati hidangan Binde’ Biluhuta (Makanan khas Gorontalo yang terbuat dari jagung) di rumah mereka di Perumahan Dosen UMI (Universitas Muslim Indonesia) Jln.Racing Center.

Seusai sholat Jum’at, rombongan kami—yang berdesak-desakan duduk dalam mobil om Iwan—berangkat menuju studio foto “Glown” di Jalan Sungai Saddang Baru. Kami bermaksud foto bersama untuk memanfaatkan momen berkumpulnya anak-menantu-cucu dari Bapu dan Oma pada kesempatan lebaran kali ini.

Sebelum berpose di depan kamera, kami semua mengganti pakaian. Aku sempat mengamuk saat ayah menyuruh mengganti pakaianku dengan baju koko. Suasana makin riuh-rendah ketika pengambilan foto akan dilaksanakan. Aku yang masih ngambek, pasang “muka perang” didepan kamera sementara Mas Raihan bersikeras hanya dia saja yang difoto dan bukan semuanya.

Tak ayal lagi ayahku dan Om Budi sibuk membujuk anak masing-masing supaya ikut berfoto. Pengambilan foto pertama (dari jatah 3 kali pengambilan foto) gagal total karena aku pasang muka manyun sementara Mas Raihan mengamuk minta foto sendiri. Bapu dan Oma sempat geleng-geleng kepala menyaksikan kehebohan kedua cucu bandelnya ini. Pada saat pengambilan foto kedua dan ketiga relatif berhasil setelah ayah membujukku main ke Timezone sesudah berfoto dan Mas Raihan dijanjikan berfoto sendiri.

Image hosted by Photobucket.com

Dari studio “Glown” kami meluncur ke Maros, yang berjarak sekitar 30 km dari Makassar untuk mengunjungi Opa Miki, Oma Tia dan Tante kecil Ami (anak Opa Miki dan Oma Tia, karena usianya baru 12 tahun) disana. Hujan deras mengguyur sepanjang perjalanan kami. Syukurlah, setiba disana Oma Tia dan Tante kecil Ami sudah menyiapkan hidangan Sop, ketupat dan semur daging.

Rumah Opa Miki dan Oma Tia begitu asri dan adem. Langit-langit rumahnya tinggi dan pada halaman depan rumah terdapat pohon mangga yang rimbun, memberi kesan sejuk. Aku, Mas Raihan dan Mas Ruli serta adik Alya sangat senang menyaksikan kolam ikan kecil dibagian belakang rumah. Tepat pukul 16.00 sore, rombongan kami pulang ke Makassar. Malam itu, Mama Yayu dan Om Iwan mengajak kami sekeluarga menginap dirumah mereka.

Keesokan paginya, Sabtu,5 November 2005, setelah mandi dan berdandan, kami berangkat menuju ke Hotel Denpasar tempat Om Budi, Tante Rika dan Mas Raihan menginap. Pada hari ini, mereka akan pulang kembali ke Balikpapan dengan pesawat Merpati jam 12.30. Setelah check-out dari hotel dan mengemasi barang-barang, kami diajak Om Iwan dan Mama Yayu sarapan coto makassar di salah satu kedai di Jalan Hertasning setelah itu kami kembali menuju ke rumah Oma dan Bapu di Antang.

Image hosted by Photobucket.com

Tepat Pkl.10.30, rombongan Om Budi, Tante Rika dan Mas Raihan berangkat menuju bandara dengan diantar oleh Bapu, Oma, Mama Yayu, Mama Yanti, dan Om Iwan. Kami sekeluarga tidak ikut mengantar karena selain kapasitas mobil om Iwan tidak cukup, juga pada saat yang sama ayah dan ibuku menyelesaikan mencuci pakaian kami.

Sore harinya, dengan diantar oleh Mama Yanti (karena Om Iwan dan Mama Yayu bersilaturrahmi lebaran ke atasan mereka), kami sekeluarga menuju ke rumah Opa Adi (adik kandung Oma) dan Oma Ros. Kami bertemu dengan Om Dedy (anak Opa Adi dan Oma Ros) yang baru saja diangkat sebagai karyawan BRI cabang Palopo. Dari rumah Opa Adi, kami menuju ke Carrefour untuk belanja oleh-oleh lebaran.

Sekitar pkl.19.30 malam, Om Iwan/Mama Yayu/Mas Ruli datang menjemput kami di Carrefour-Panakukkang. Kami langsung diajak makan Pisang Epe’ (pisang bakar jepit bersaus gula merah dan durian) sambil nongkrong di “food-court” pinggir pantai losari. Semilir angin laut berdesir lembut dipipiku menambah kenikmatan menyantap pisang epe’ dan Mie Goreng khas Makassar.

Ah, tidak terasa, malam ini adalah malam terakhir kami di Makassar. Besok pagi, kami akan kembali ke Cikarang dengan pesawat Adam Air KI-781. Aku dan Alya demikian letih malam itu dan langsung tertidur pulas. Aku masih sempat menyaksikan ayah dan ibuku merapikan baju-baju kami di tas serta oleh-oleh. Sungguh banyak bawaan kami. Selain dapat baju baru hadiah ultahku dan Alya dari Mama Yayu, Mama Yanti dan Om Budi, aku juga dapat baju “warisan” dari Mas Ruli.

Pkl.05.30 pagi, dengan diantar mobil Om Iwan, Bapu, Oma, Mama Yanti, Mama Yayu, Opa Adi, Om Dedi, kami sekeluarga berangkat ke Bandara Hasanuddin Makassar. Sesampai disana ternyata Opa Miki, Oma Tia dan Tante kecil Ami sudah menunggu. Jarak rumah mereka ke bandara memang cukup dekat, hanya sekitar 5 km.

Image hosted by Photobucket.com

Setelah check-in dan mendapatkan boarding pass, kami sekeluarga berpamitan kepada seluruh keluarga besar kami di Makassar. Ciuman bertubi-tubi serta pelukan hangat kami peroleh, terutama dari Bapu dan Oma. Keharuan tiba-tiba menyentak didadaku. Betapa berkesan lebaran kami di Makassar.

Tepat pkl.07.15 pagi, roda pesawat Boeing-737 Adam Air KI-781 meninggalkan landasan pacu Bandara Hasanuddin. Dari jendela kaca pesawat yang buram, samar-samar aku melihat kota Makassar makin mengecil dan disaput awan. Pesawat kami mengangkasa, menembus langit biru. Ada kenangan indah yang tak terlupakan terpatri kuat dihati selama lebaran di Makassar.

1 Comments:

At 7:52 AM, PAK RAMLI DI PALEMBANG said...: SAYARAMLI INGIN BERBAGI CERITA KEPADA SEMUA ORANG BAHWA MUNKIN AKU ADALAH ORANG YANG PALING MISKIN DIDUNIA DAN SAYA HIDUP BERSAMA ISTRI DAN 3 BUAH HATI SAYA SELAMA 10 TAHUN DAN 10 TAHUN ITU KAMI TIDAK PERNAH MERASAKAN YANG NAMANYA KEMEWAHAN,,SETIAP HARI SAYA SELALU MEMBANTIN TULANG UNTUK KELUARGA SAYA NAMUN ITU SEMUA TIDAK PERNAH CUKUP UNTUK KEBUTUHAN HIDUP KELUARGA SAYA..AKHIRNYA AKU PILIH JALAN TOGEL INI DAN SUDAH BANYAK PARA NORMALYANG SAYA HUBUNGI NAMUN ITU SEMUA TIDAK PERNAH MEMBAWAKAN HASIL DAN DISITULAH AKU SEMPAT PUTUS ASA AKHIRNYA ADA SEORANG TEMAN YANG MEMBERIKAN NOMOR MBAH KABOIRENG,,SAYA PIKIR TIDAK ADA SALAHNYA JUGA SAYA COBA LAGI UNTUK MENGHUBUNGI MBAH KABOIRENG DAN AKHIRNYA MBAH KABOIRENG MEMBERIKAN ANKA GHOIBNYA DAN ALHAMDULILLAH BERHASIL..KINI SAYA SANGAT BERSYUKUR MELIHAT KEHIDUPAN KELUARGA SAYA SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA,DAN TANDA TERIMAH KASIH SAYA KEPADA MBAH KABOIRENG SETIAP SAYA DAPAT RUANGAN PASTI SAYA BERKOMENTAR TENTAN MBAH KABOIRENG…BAGI ANDA YANG INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI 0-8-2-3-2-2-2-1-2-1-1-1 MBAH KABOIRENG. KLIK DISINI!

SAYARAMLI INGIN BERBAGI CERITA KEPADA SEMUA ORANG BAHWA MUNKIN AKU ADALAH ORANG YANG PALING MISKIN DIDUNIA DAN SAYA HIDUP BERSAMA ISTRI DAN 3 BUAH HATI SAYA SELAMA 10 TAHUN DAN 10 TAHUN ITU KAMI TIDAK PERNAH MERASAKAN YANG NAMANYA KEMEWAHAN,,SETIAP HARI SAYA SELALU MEMBANTIN TULANG UNTUK KELUARGA SAYA NAMUN ITU SEMUA TIDAK PERNAH CUKUP UNTUK KEBUTUHAN HIDUP KELUARGA SAYA..AKHIRNYA AKU PILIH JALAN TOGEL INI DAN SUDAH BANYAK PARA NORMALYANG SAYA HUBUNGI NAMUN ITU SEMUA TIDAK PERNAH MEMBAWAKAN HASIL DAN DISITULAH AKU SEMPAT PUTUS ASA AKHIRNYA ADA SEORANG TEMAN YANG MEMBERIKAN NOMOR MBAH KABOIRENG,,SAYA PIKIR TIDAK ADA SALAHNYA JUGA SAYA COBA LAGI UNTUK MENGHUBUNGI MBAH KABOIRENG DAN AKHIRNYA MBAH KABOIRENG MEMBERIKAN ANKA GHOIBNYA DAN ALHAMDULILLAH BERHASIL..KINI SAYA SANGAT BERSYUKUR MELIHAT KEHIDUPAN KELUARGA SAYA SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA,DAN TANDA TERIMAH KASIH SAYA KEPADA MBAH KABOIRENG SETIAP SAYA DAPAT RUANGAN PASTI SAYA BERKOMENTAR TENTAN MBAH KABOIRENG…BAGI ANDA YANG INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI 0-8-2-3-2-2-2-1-2-1-1-1 MBAH KABOIRENG. KLIK DISINI!

SAYARAMLI INGIN BERBAGI CERITA KEPADA SEMUA ORANG BAHWA MUNKIN AKU ADALAH ORANG YANG PALING MISKIN DIDUNIA DAN SAYA HIDUP BERSAMA ISTRI DAN 3 BUAH HATI SAYA SELAMA 10 TAHUN DAN 10 TAHUN ITU KAMI TIDAK PERNAH MERASAKAN YANG NAMANYA KEMEWAHAN,,SETIAP HARI SAYA SELALU MEMBANTIN TULANG UNTUK KELUARGA SAYA NAMUN ITU SEMUA TIDAK PERNAH CUKUP UNTUK KEBUTUHAN HIDUP KELUARGA SAYA..AKHIRNYA AKU PILIH JALAN TOGEL INI DAN SUDAH BANYAK PARA NORMALYANG SAYA HUBUNGI NAMUN ITU SEMUA TIDAK PERNAH MEMBAWAKAN HASIL DAN DISITULAH AKU SEMPAT PUTUS ASA AKHIRNYA ADA SEORANG TEMAN YANG MEMBERIKAN NOMOR MBAH KABOIRENG,,SAYA PIKIR TIDAK ADA SALAHNYA JUGA SAYA COBA LAGI UNTUK MENGHUBUNGI MBAH KABOIRENG DAN AKHIRNYA MBAH KABOIRENG MEMBERIKAN ANKA GHOIBNYA DAN ALHAMDULILLAH BERHASIL..KINI SAYA SANGAT BERSYUKUR MELIHAT KEHIDUPAN KELUARGA SAYA SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA,DAN TANDA TERIMAH KASIH SAYA KEPADA MBAH KABOIRENG SETIAP SAYA DAPAT RUANGAN PASTI SAYA BERKOMENTAR TENTAN MBAH KABOIRENG…BAGI ANDA YANG INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI 0-8-2-3-2-2-2-1-2-1-1-1 MBAH KABOIRENG. KLIK DISINI!

M	Modern
U	Unnatural
H	Humorous
A	Ambivalent
M	Modern
M	Magical
A	Appealing
D	Desperate

R	Raw
I	Industrious
Z	Zany
K	Kinky
Y	Yum

A	Altruistic
U	Unnatural
L	Lovable
I	Innocent
A	Astounding

G	Glitzy
O	Old
B	Boisterous
E	Explosive
L	Lively

Tuesday, November 08, 2005

CATATAN PERJALAN MUDIK LEBARAN KE MAKASSAR

1 Comments:

About Me

Previous Posts