WELCOME TO MY WORLD, TV GUSURAN !!
MINGGU pagi yang cerah, 31 Juli 2005, kami menanti dengan tak sabar kiriman TV 29" Merk TCL 2990PF dari Electronic City. Ayah sudah merapikan rak TV yang baru dan sudah memindahkan TV yang lama ke kamarku.
"Pokoknya Rizky sekarang sudah punya fasilitas TV sendiri. Bisa untuk main game atau nonton lagu anak-anak juga Teletubbies. Oke ?," kata ayah sambil mengelus rambutku. Aku mengangguk gembira. Apalagi ayah telah membelikan mainan game SEGA (sementara belum dibelikan Game Playstation karena belum cukup umur) seharga Rp 100,000,- di Plaza JB komplit dengan stick permainan dan pistol-pistolan.
Ayah lalu membantu memasang kabel-kabel penghubung dari game SEGA ke Televisi lama dan tak lama kemudian peralatan itupun siap digunakan. Dengan tak sabar, aku segera meraih pistol-pistolan dan siap bermain. Ruangan kamarkupun langsung heboh dengan suara mainan tembak-tembakan. Adik Alya juga ikut nimbrung bersamaku sambil berteriak-teriak girang. Ibu hanya geleng-geleng kepala menyaksikan ulahku.
Tepat Pkl.13.00 siang kiriman TV anyar dari Electronic City datang. Yang menggelikan, kuli-kuli bongkar datang mengerubungi mobil pick-up yang membawa TV baru kami itu. Mereka tampaknya mengira, ada yang baru saja pindah rumah dan mereka siap membantu dengan imbalan seperlunya.
Ayahku yang keluar rumah dengan mengenakan "baju kehormatannya" berupa kulit sawo matang banget plus celana pendek tentara (hadiah dari om Dion) memelototi kuli-kuli bongkar yang berjumlah 5 orang itu. Melihat tampang ayahku yang berambut cepak, berwajah sangar, serta bersosok "pejantan tambun" itu, kuli-kuli bongkar tadi seperti ketakutan dan bergegas pergi.
Petugas dari Electronic City membawa masuk TV baru kami dan memasangnya secara hati-hati di tempatnya. Aku yang selama ini hanya menikmati TV 21" memandang kagum TV 29" baru kami yang berlayar datar dan bersuara hyper-surround Nicam Stereo. Gelegar suaranya memantul dan menggema disudut-sudut ruang keluarga kami. Mbak Ida Dora tak henti-hentinya menggeleng-gelengkan kepala dengan takjub.
"Di kampung saya nggak ada TV segede ini, bu. Paling layar tancap film india," kata Mbak Ida Dora spontan. Ibu hanya tersenyum menanggapinya.
Aku tak berlama-lama berdiri didepan TV baru kami dan langsung berlari kekamar, tempat TV lama berada.
"Welcome to my world, TV gusuran," kataku lirih seraya menggapai pistol-pistolan. Dan bermain lagi. DOR! DOR! DOR!