Sorry lama banget hiatus.
Ada beberapa alasan sebenarnya, tetapi yang paling norak dan nista adalah karena ayahku, yang juga "pengendali" blog ini lupa password untuk akses ke blogku. Jijay bajay deh ih!. Ayahku memang termasuk seseorang yang begitu Pe-De mengandalkan kemampuan memorinya dalam mengingat password (padahal sebenarnya, ibarat komputer, itu memori kudu mesti diupgrade tuh menyesuaikan dengan kehadiran Windows VISTA yang butuh kemampuan prima..hehehe, apa hubungannya ya?).
Sejak 4 bulan terakhir, ayahku sudah berusaha untuk membuka blog ini dengan berusaha mengais-ngais user-id dan password untuk masuk ke blogku di otaknya yang ber-memori pas-pasan. Dan akhirnyaa..kemarin baru ingat!. Supaya gak lupa-lupa lagi, ayah langsung menggunakan google-account di
blognya. Dan, Voila!..jadilah aku bisa ngeblog seperti sekarang.
Sebenarnya ada beberapa momen yang ingin kuceritakan terutama peristiwa-peristiwa yang telah terjadi 4 bulan silam. Yang paling mengesankan (juga "memerihkan" hati) adalah ketika kami bertiga (aku, adikku Alya dan ibuku dirawat dirumah sakit Harapan International Cikarang) pada saat yang bersamaan tanggal 2-7 Januari 2007. Dapat dibayangkan, betapa panik dan repotnya ayahku mesti menjagai ketiga orang yang disayanginya dirumah sakit. Memang sih pada awalnya aku yang masuk duluan tanggal 2 Januari 2007.
Hari itu, Badanku panas tinggi sejak pukul 03.00 subuh. Pagi harinya ayah langsung membawaku ke klinik terdekat (Klinik 24 jam KASIH BUNDA yang kini berubah nama menjadi Klinik INDO SEHAT 2005). Setelah diberi obat, aku pulang ke rumah dan ayah berangkat ke kantor dengan aman sentosa. Namun kejadian berikutnya menjadi awal dari sebuah momen yang sangat berharga untuk dikenang. Tepat Pkl.08.00 pagi, suhu badanku meningkat drastis. Hingga 40 derajat celcius. Ibuku dan bibi Hasnah panik. Hanya dalam hitungan menit, aku terkena kejang demam/step.
Tak ayal, dengan hanya mengenakan daster dan tanpa mengenakan sandal, ibu menggendongku keluar. Alya digendong oleh Bibi Hasnah. Ibuku langsung memanggil ojek yang mangkal didepan rumah untuk membawaku kembali ke klinik tempat ayah dan aku kesana pagi harinya. Setelah pertolongan pertama dilakukan dengan memasukkan obat lewat duburku, kejang demamku pulih. Dokter jaga menyarankan aku segera dibawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. Ibukupun tergopoh-gopoh membawaku ke RS.Harapan Internasional yang jaraknya kurang lebih 3 km dari rumahku bersama ojek yang membawaku ke klinik bersama ibu. Karena hanya telanjang kaki, ibu meminjam sandal jepit milik perawat klinik dan masih menggunakan daster, ibu membawaku ke rumah sakit.

Tiba di ruang ICCU, aku langsung mendapatkan perawatan intensif. Ibu menelepon ayahku dengan panik dan menyuruh beliau cepat pulang dari kantor. Aku langsung dibawa ke ruang perawatan kelas-1 setelah sebelumnya dipasangi selang infus melalui lengan kananku. Mungkin karena pengaruh obat aku langsung tertidur pulas. Aku terbangun sebentar saat ayahku datang. Wajahnya terlihat sangat cemas. Beliau langsung meminta ibuku pulang ke rumah dan ayah yang menjagaku.
Setelah ibuku pulang, terjadi perkembangan yang mengejutkan. Ternyata giliran adikku Alya yang menderita panas tinggi. Gejala-gejalanya mirip denganku. Keesokan harinya, ibu membawa Alya kerumah sakit. Alya diperiksa oleh Dokter Gracia, Spa. Sejauh ini belum direkomendasikan untuk dirawat inap. Namun saat akan dibawa bersamaku diruang perawatan, mendadak Alya step/kejang demam. Matanya membeliak keatas. Tubuhnya kaku mengejang. Ibuku tergopoh-gopoh membawa Alya kembali ke ruang pemeriksaan dokter Gracia tanpa memperdulikan saat itu sang dokter sedang menerima pasien. Ibu sangat panik apalagi melihat kondisi Alya sangat mencemaskan. Ayah berusaha menenangkan ibuku. Dokter Gracia bersama tim perawat bersikeras membuat Alya pulih dari stepnya. Keadaan sudah berlangsung 10 menit, tapi Alya belum menunjukkan tanda-tanda pulih. Ibuku kian panik. Beliau berusaha menyadarkan Alya dengan menyenandungkan lagu-lagu kesayangan adikku yang cantik dan gemar bernyanyi itu. Air mata menetes di pipi ibuku. Ayah berulang kali mengusap lembut kepala Alya dan menenangkan ibu yang mulai histeris.
Limabelas menit kemudian, Alya sadar. Ia menangis begitu kencang. Ayah dan ibuku mengucap syukur tak terhingga pada Allah SWT. Dari ruang pemeriksaan Dokter Gracia, ayah menggendong Alya menuju ruang ICCU. Setelah dipasangi infus, Alyapun dibawa ke ruang perawatan yang sama denganku. Saat itu, untung saja ada Mas Dwi (anak bude Surat) dan Pak Agus (tetangga rumah kami) yang menjagaku selama ibu dan ayahku menemani Alya.
Aku dan adikku ditempatkan diruang perawatan yang sama. Oleh dokter Gracia, kami didiagnosa menderita radang tenggorokan akut. Mungkin karena sangat tertekan pada kejadian yang menimpa kedua anaknya sekaligus, pukul 23.00 malam, ibuku terhuyung-huyung. Badannya menggigil dan demam. Ayah langsung membawaku ibuku ke ruang gawat darurat rumah sakit malam itu juga. Kami berdua dijaga oleh Pakde Sukar, kakak ibuku.

Hasilnya lebih mengejutkan lagi. Ibuku juga mesti ikut dirawat karena terkena gejala typhus. Semula, ibu akan ditempatkan diruang yang berbeda dengan kami. Tapi ayah dan ibuku menolak. Ibu tetap ingin ditempatkan berdampingan dengan kedua buah hatinya. Ayahku yang sudah dua malam tidak tidur berusaha menguatkan hati dan tabah menghadapi cobaan berat itu. Keesokan harinya, mbah dari Yogya dan bude Surat serta Om Adi datang mendampingi ayahku menjaga kami bertiga di rumah sakit. Hari Minggu, 7 Januari 2007, kami bertiga akhirnya diizinkan keluar dari rumah sakit.
Inilah kejadian yang paling berkesan buat kami sekeluarga dalam 4 bulan terakhir. Hal yang lain adalah ibu mendaftarkan aku untuk masuk di Taman Kanak-Kanak AMANAH di Taman Gardenia Cikarang Baru. Aku mulai belajar disana bulan Juli yang akan datang.