ADIKKU Alya Dwi Astari Gobel ibarat matahari yang tak pernah kehilangan sinar di rumah kami. Memasuki usia dua tahun, adikku yang manis dan cantik ini sangat lincah dan ceria. Sejak bisa berjalan di usia setahun, Alya, mengeksplorasi setiap sudut ruang rumah dan pekarangan dengan kaki mungilnya yang tak henti bergerak. Terkadang melakukan manuver-manuver berbahaya seperti memanjat meja dan kursi yang menyebabkan ayah dan ibuku kelabakan dibuatnya. Juga kadang dengan iseng mengangguku yang tengah asyik bermain di komputer. Jika sudah demikian Alya hanya tertawa riang memamerkan 6 buah gigi susunya yang baru tumbuh.
Sebagai anak bungsu kesayangan, adikku Alya memang mendapat perlakuan istimewa dari ayah dan ibu. Termasuk aku. Meski kadang tingkahnya menyebalkan tapi aku sangat menyayangi adik perempuanku yang berambut ikal itu. Kami memang terkadang berbeda pendapat dalam banyak hal. Misalnya, jika tidur ia ingin lampu kamar tetap dinyalakan sementara aku ingin dipadamkan agar tidurku lebih lelap atau Alya tidak mau aku mematikan TV didalam kamar ketika aku ingin tidur. Dilain kesempatan, Alya yang sangat senang bernyanyi menginginkan diputar lagu anak-anak di DVD kami sementara aku bersikeras ingin diputarkan video Teletubbies. Kami lalu bertengkar hebat, sampai-sampai karena kesal aku terpaksa harus mencubit pipi adikku hingga ia menangis keras. Kalau sudah begitu, ibu atau ayah bertindak sebagai pasukan pemelihara perdamaian.
Dibalik sikap adikku yang manja dan keras, Alya juga memiliki perhatian besar kepadaku. Saat asyik bermain game komputer, tiba-tiba Alya datang sambil membawakan segelas minuman yang diambilnya dengan susah payah dari dispenser. "Mas, Mnum..Mnum," demikian katanya. Atau jika ayah dan ibu ingin mengajak kami berjalan-jalan dengan sepeda motor, Alya membawakan sepasang sendalku untuk segera dipakai. "Mas, Ndal..Ndal,"begitu katanya. Setelah itu Alya kemudian tertawa riang dan meloncat-loncat lucu.
Ah, Alya, adikku, bersamamu, dunia ikut tertawa..