SELAMATAN RUMAH, AYAH JADI USTADZ
Rumah kami di Jl.Antilop V Blok H-3 No.110 Perumahan Cikarang Baru
Tiga Hari setelah kepindahan kami ke Cikarang, diselenggarakan acara Selamatan Kecil Kecilan dengan mengundang tetangga terdekat.
Ibu, Ayah, Om Adi, Eyang dan Mbah begitu sibuk mempersiapkan perhelatan itu. Om Sukar, Kakak Ibu yang bekerja di PT.Showa Cikarang menjanjikan pada Hari-H nya nanti akan datang ustadz yang sudah dikenalnya untuk membaca doa. Dan tibalah, hari perhelatan itu. Ibu sudah menyiapkan "berkat" 25 buah (hantaran berupa nasi, ayam, sop, telor dan krupuk) yang akan dibawa pulang oleh tamu-tamu kami. Aku sendiri tidak terlalu sibuk-sibuk amat, paling cuma iseng menjamah yang sudah rapi sampai berantakan. Kalau sudah begitu, ibu pasti marah-marah dan mencubit pahaku. Yaaa..maklumlah masih bocah!.
Tamu-tamu sudah berdatangan. Ayah melirik jam tangannya dengan cemas. "Mana Ustadznya nih ?", tanya Ayah ke Ibu. Handphone Om Sukar juga tidak dijawab/mati. Sekilas ada kecemasan dimata ibu, "Bagaimana nih". Ayah angkat bahu," Ya, sudah, kalau begitu aku aja yang jadi ustadznya". Dan begitulah akhirnya, Ayah memimpin do'a selamatan rumah kami dengan khidmat, ala kadarnya, secara darurat tentu. Aku sempat berfikir boleh juga nih jadi pengganti A'a Gym. Meski bacaan tajwidnya nggak pas dan juga fals, tapi ayah melakukannya dengan PeDe banget.
Setelah acara berakhir Om Sukar telepon katanya, Ustadz-nya minta maaf nggak jadi datang karena kehujanan dan rumahnya kebanjiran.
Nggak apa-apalah, ayahku, bisa juga koq jadi ustadz.
HIJRAH KE CIKARANG
Calon Vokalis Grup "Jamrud", meski tanpa Janggut..
Hari ini, 6 February 2004 adalah menjadi salah satu babak penting dalam kehidupan kami sekeluarga. Siang ini kami sekeluarga akan hijrah kerumah baru kami di Perumahan Cikarang Baru yang letaknya kurang lebih 40 km dari rumah kontrakan kami sekarang, Kompleks POMAD Kalibata. Sejak semalam, sambil membawaku dalam gendongan, Ayah dan ibu berpamitan kepada seluruh tetangga kami yang, selama 2 tahun, berinteraksi bersama kami dengan begitu baik. Aku tak sempat menghitung entah berapa kali sudah pipiku diciumi dengan gemas oleh Oma, Opa, Om dan Tante, tetangga-tetangga kami disekeliling rumah. Yang membuat aku agak sedih, aku terpaksa harus berpisah sama Mbak Rani yang berusia 3 tahun, cucu Oma Haruna disamping rumah yang sering bermain dan tertawa denganku. Sesekali ia memberiku Wafer Tanggo kesukaanku. Sayang malam itu, aku tak sempat berjumpa dengannya karena sedang jalan-jalan dengan ibu dan ayahnya.
Aku juga turut sedih harus meninggalkan Tante Ibu Rebo (mudah-mudahan "spelling"nya benar) tetangga sebelah rumah yang telah begitu baik kepada kami sekeluarga. Sewaktu pompa air rumah kami tak berfungsi karena kekeringan, beliau sekeluarga membantu dengan memberikan air lewat selang kepada kami. "Jangan sampai si Rizky nggak mandi. Kasihan, gantengnya hilang nanti" seloroh Tante Ibu Rebo suatu waktu. Aku cuma nyengir waktu itu, sambil bergumam dengan PeDe," Kalau dari sononya udah ganteng, nggak bakalan hilang doong.."
Syukurlah, barang yang dibawa ke Cikarang sudah tidak terlalu banyak, karena sebagian besar sudah "dicicil" oleh Ayah dan Ibu, sewaktu melakukan kunjungan reguler untuk inspeksi renovasi rumah setiap minggu. Sejumlah tetangga dan tukang ojek langganan ayah membantu membawa barang keluar rumah, tepat didepan jalan besar tempat truck berhenti nanti (maklumlah rumah kami masuk "gang senggol"). Sekitar Pkl.12.30 siang, truck Brigif Kalisari yang gede banget datang. Untunglah Om Dion membantu meminjamkan truck tentara tersebut untuk mengangkut barang kami ke Cikarang. Ada 3 orang teman Om Dion juga turut membantu. Kebetulan pula sejak kemarin Eyang dan Mbah dari Yogya datang menyaksikan hijrah kami ini. Datang pula Om Sukandar (kakak ibu dari Tanjung Priok) ikut turun tangan membantu. Tepat jam 14.00 semua sudah siap. Aku, Ibu, Eyang dan Mbah serta Tante Ibu Rebo naik taxi dan berangkat lebih dulu sementara ayah, Om Sukandar dan Om Dion ikut dengan truk.
Om Adi, yang sudah menunggu di rumah kami di Cikarang sejak kemarin, menyambut kedatangan konvoi rombongan kami dari Jakarta. Untung saja kami memakai truk tentara, karena konon bila ada yang pindahan rumah banyak kuli bongkar didaerah Cikarang yang akan merubungi dan meminta imbalan yang kadang kelewat batas. Kalau pakai Truk tentara, mana berani mereka ?. Tepat Pkl.16.30, barang-barang selesai diturunkan dari truk. Aku melihat keletihan dimata ayah dan ibu, tapi senyum yang merekah dari bibir keduanya membuatku yakin, Hijrah ke Cikarang akan membawa masa depan kami lebih cerah dan ceria.